Selasa, 28 Desember 2010

PEMBERIAN OBAT SECARA BUKAL

PEMBERIAN OBAT SECARA BUKAL
By Ns. Zahrah Maulidia Septimar, S,Kep


1. Pengertian
Pemberian obat secara bukal adalah memberika obat dengan cara meletakkan obat diantara gusi dengan membran mukosa diantara pipi.
2. Tujuan
a. Mencegah efek lokal dan sistemik
b. Untuk memperoleh aksi kerja obat yang lebih cepat dibandingkan secara oral
c. Untuk menghindari kerusakan obat oleh hepar.
3. Prosedur kerja
Secara umum persiapan dan langkah pemberian sama dengan pemberian obat secara oral. Yang perlu diperhatikan adalah klien perlu diberikan penjelasan untuk meletakkan obat diantara gusi dan selaput mukosa pipi sampai habis diabsorbsi seluruhnya.

Referensi :

Bobak, K. Jensen, 2005, Perawatan Maternitas. Jakarta. EGC

Elly, Nurrachmah, 2001, Nutrisi dalam keperawatan, CV Sagung Seto, Jakarta.

Depkes RI. 2000. Keperawatan Dasar Ruangan Jakarta.

Engenderhealt. 2000. Infection Prevention, New York.

JHPIEGO, 2003. Panduan Pengajaran Asuhan Kebidanan, Buku 5 Asuhan Bayi Baru Lahir Jakarta. Pusdiknakes.

JNPK_KR.2004. Panduan Pencegahan Infeksi Untuk Fasilitas Pelayanan Kesehatan Dengan Sumber Daya Terbatas. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo.

Johnson, Ruth, Taylor. 2005. Buku Ajar Praktek Kebidanan. Jakarta. EGC.

Kozier, Barbara, 2000, Fundamental of Nursing : Concepts, Prosess and Practice : Sixth edition, Menlo Park, Calofornia.

Potter, 2000, Perry Guide to Basic Skill and Prosedur Dasar, Edisi III, Alih bahasa Ester Monica, Penerbit buku kedokteran EGC.

Samba, Suharyati, 2005. Buku Ajar Praktik Kebidanan. Jakarta. EGC

PEMBERIAN OBAT PER ORAL

PEMBERIAN OBAT ORAL
By. Ns. Zahrah Maulidia Septimar, S.Kep


1. Definisi
Pemberian obat per oral adalah memberikan obat yang dimasukkan melalui mulut.
2. Tujuan Pemberian
a. Untuk memudahkan dalam pemberian
b. Proses reabsorbsi lebih lambat sehingga bila timbul efek samping dari obat tersebut dapat segera diatasi
c. Menghindari pemberian obat yang menyebabkan nyeri
d. Menghindari pemberian obat yang menyebabkan kerusakan kulit dan jaringan
3. Persiapan alat
a. Baki berisi obat
b. Kartu atau buku berisi rencana pengobatan
c. Pemotong obat (bila diperlukan)
d. Martil dan lumpang penggerus (bila diperlukan)
e. Gelas pengukur (bila diperlukan)
f. Gelas dan air minum
g. Sedotan
h. Sendok
i. Pipet
j. Spuit sesuai ukuran untuk mulut anak-anak
4. Prosedur kerja
a. Siapkan peralatan dan cuci tangan
b. Kaji kemampuan klien untuk dapat minum obat per oral (menelan, mual, muntah, adanya program tahan makan atau minum, akan dilakukan pengisapan lambung dll)
c. Periksa kembali perintah pengobatan (nama klien, nama dan dosis obat, waktu dan cara pemberian) periksa tanggal kedaluarsa obat, bila ada kerugian pada perintah pengobatan laporkan pada perawat/bidan yang berwenang atau dokter yang meminta.
d. Ambil obat sesuai yang diperlukan (baca perintah pengobatan dan ambil obat yang diperlukan)
e. Siapkan obat-obatan yang akan diberikan. Siapkan jumlah obat yang sesuai dengan dosis yang diperlukan tanpa mengkontaminasi obat (gunakan tehnik aseptik untuk menjaga kebersihan obat).
1) Tablet atau kapsul
a) Tuangkan tablet atau kapsul ke dalam mangkuk disposibel tanpa menyentuh obat.
b) Gunakan alat pemotong tablet bila diperlukan untuk membagi obat sesuai dengan dosis yang diperlukan.
c) Jika klien mengalami kesulitan menelan, gerus obat menjadi bubuk dengan menggunakan martil dan lumpang penggerus, kemudian campurkan dengan menggunakan air. Cek dengan bagian farmasi sebelum menggerus obat, karena beberapa obat tidak boleh digerus sebab dapat mempengaruhi daya kerjanya.
2) Obat dalam bentuk cair
a) Kocok /putar obat/dibolak balik agar bercampur dengan rata sebelum dituangkan, buang obat yang telah berubah warna atau menjadi lebih keruh.
b) Buka penutup botol dan letakkan menghadap keatas. Untuk menghindari kontaminasi pada tutup botol bagian dalam.
c) Pegang botol obat sehingga sisa labelnya berada pada telapak tangan, dan tuangkan obat kearah menjauhi label. Mencegah obat menjadi rusak akibat tumpahan cairan obat, sehingga label tidak bisa dibaca dengan tepat.
d) Tuang obat sejumlah yang diperlukan ke dalam mangkuk obat berskala.
e) Sebelum menutup botol tutup usap bagian tutup botol dengan menggunakan kertas tissue. Mencegah tutup botol sulit dibuka kembali akibat cairan obat yang mengering pada tutup botol.
f) Bila jumlah obat yang diberikan hanya sedikit, kurang dari 5 ml maka gunakan spuit steril untuk mengambilnya dari botol.
f. Berikan obat pada waktu dan cara yang benar.
1) Identifikasi klien dengan tepat.
2) Menjelaskan mengenai tujuan dan daya kerja obat dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh klien.
3) Atur pada posisi duduk, jika tidak memungkinkan berikan posisi lateral. Posisi ini membantu mempermudah untuk menelan dan mencegah aspirasi.
4) Beri klien air yang cukup untuk menelan obat, bila sulit menelan anjurkan klien meletakkan obat di lidah bagian belakang, kemudian anjurkan minum. Posisi ini membantu untuk menelan dan mencegah aspirasi.
5) Catat obat yang telah diberikan meliputi nama dan dosis obat, setiap keluhan, dan tanda tangan pelaksana. Jika obat tidak dapat masuk atau dimuntahkan, catat secara jelas alasannya.
6) Kembalikan peralatan yang dipakai dengan tepat dan benar, buang alat-alat disposibel kemudian cuci tangan.
7) Lakukan evaluasi mengenai efek obat pada klien.

Referensi :

Bobak, K. Jensen, 2005, Perawatan Maternitas. Jakarta. EGC

Elly, Nurrachmah, 2001, Nutrisi dalam keperawatan, CV Sagung Seto, Jakarta.

Depkes RI. 2000. Keperawatan Dasar Ruangan Jakarta.

Engenderhealt. 2000. Infection Prevention, New York.

JHPIEGO, 2003. Panduan Pengajaran Asuhan Kebidanan, Buku 5 Asuhan Bayi Baru Lahir Jakarta. Pusdiknakes.

JNPK_KR.2004. Panduan Pencegahan Infeksi Untuk Fasilitas Pelayanan Kesehatan Dengan Sumber Daya Terbatas. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo.

Johnson, Ruth, Taylor. 2005. Buku Ajar Praktek Kebidanan. Jakarta. EGC.

Kozier, Barbara, 2000, Fundamental of Nursing : Concepts, Prosess and Practice : Sixth edition, Menlo Park, Calofornia.

Potter, 2000, Perry Guide to Basic Skill and Prosedur Dasar, Edisi III, Alih bahasa Ester Monica, Penerbit buku kedokteran EGC.

Samba, Suharyati, 2005. Buku Ajar Praktik Kebidanan. Jakarta. EGC

Senin, 27 Desember 2010

PEMBERIAN OBAT SECARA TOPIKAL

PEMBERIAN OBAT SECARA TOPIKAL
By. Ns.ZahrahMaulidia S, S.Kep

1. Definisi
Pemberian obat secara topikal adalah memberikan obat secara lokal pada kulit atau pada membrane pada area mata, hidung, lubang telinga, vagina dan rectum.
2. Tujuan
Tujuan dari pemberian obat topikal secara umum adalah untuk memperoleh reaksi lokal dari obat tersebut.
3. Macam – macam pemberian obat topikal
a. Pemberian obat topikal pada kulit
1) Pengertian
Pemberian obat secara topical adalah memberikan obat secara lokal pada kulit.
2) Tujuan
Tujuan dari pemberian obat secara topical pada kulit adalah untuk memperoleh reaksi lokal dari obat tersebut
3) Persiapan alat
a) Obat topical sesuai yang dipesankan (krim, lotion, aerosol, bubuk, spray)
b) Buku obat
c) Kassa kecil steril (sesuai kebutuhan)
d) Sarung tangan
e) Lidi kapas atau tongue spatel
f) Baskom dengan air hangat, waslap, handuk dan sabun basah
g) Kassa balutan, penutup plastic dan plester (sesuai kebutuhan)
4) Prosedur kerja
a) Cek instruksi dokter untuk memastikan nama obat, daya kerja dan tempat pemberian.
b) Cuci tangan
c) Atur peralatan disamping tempat tidur klien
d) Tutup gorden atau pintu ruangan
e) Identifikasi klien secara tepat
f) Posisikan klien dengan tepat dan nyaman, pastikan hanya membuka area yang akan diberi obat
g) Inspeksi kondisi kulit. Cuci area yang sakit, lepaskan semua debris dan kerak pada kulit
h) Keringkan atau biarkan area kering oleh udara
i) Bila kulit terlalu kering dan mengeras, gunakan agen topikal
j) Gunakan sarung tangan bila ada indikasi
k) Oleskan agen topical :
(1) Krim, salep dan losion yang mengandung minyak
(a) Letakkan satu sampai dengan dua sendok teh obat di telapak tangan kemudian lunakkan dengan menggosok lembut diantara kedua tangan
(b) Usapkan merata diatas permukaan kulit, lakukan gerakan memanjang searah pertumbuhan bulu.
(c) Jelaskan pada klien bahwa kulit dapat terasa berminyak setelah pemberian

(2) Lotion mengandung suspensi
(a) Kocok wadah dengan kuat
(b) Oleskan sejumlah kecil lotion pada kassa balutan atau bantalan kecil
(c) Jelaskan pada klien bahwa area akan terasa dingin dan kering.
(3) Bubuk
(a) Pastikan bahwa permukaan kulit kering secara menyeluruh
(b) Regangkan dengan baik lipatan bagian kulit seperti diantara ibu jari atau bagian bawah lengan
(c) Bubuhkan secara tipis pada area yang bersangkutan
(4) Spray aerosol
(a) Kocok wadah dengan keras
(b) Baca label untuk jarak yang dianjurkan untuk memegang spray menjauhi area (biasanya 15-30 cm)
(c) Bila leher atau bagian atas dada harus disemprot, minta klien untuk memalingkan wajah dari arah spray.
(d) Semprotkan obat dengan cara merata pada bagian yang sakit
l) Rapikan kembali peralatan yang masih dipakai, buang peralatan yang sudah tidak digunakan pada tempat yang sesuai.
m)Cuci tangan
b. Pemberian obat mata
1) Pengertian
Pemberian obat melalui mata adalah memberi obat kedalam mata berupa cairan dan salep.
2) Tujuan
a) Untuk mengobati gangguan pada mata
b) Untuk mendilatasi pupil pada pemeriksaan struktur internal mata
c) Untuk melemahkan otot lensa mata pada pengukuran refraksi mata
d) Untuk mencegah kekeringan pada mata
3) Persiapan alat
a) Botol obat dengan penetes steril atau salep dalam tube (tergantung jenis sediaan obat)
b) Buku obat
c) Bola kapas kering steril (stuppers)
d) Bola kapas basah (normal salin) steril
e) Baskom cuci dengan air hangat
f) Penutup mata (bila perlu)
g) Sarung tangan
2) Prosedur kerja
a) Cek instruksi dokter untuk memastikan nama obat, daya kerja dan tempat pemberian.
b) Cuci tangan dan gunakan sarung tangan
c) Identifikasi klien secara tepat
d) Jelaskan prosedur pengobatan dengan tepat
e) Atur klien dengan posisi terlentang atau duduk dengan hiperektensi leher
f) Pakai sarung tangan
g) Dengan kapas basah steril, bersihkan kelopk mata dari dalam keluar
h) Minta klien untuk melihat ke langit - langit
i) Teteskan obat tetes mata :
(1) Dengan tangan dominan anda di dahi klien, pegang penetes mata yang terisi obat kurang lebih 1-2 cm (0,5 – 0,75 inci) diatas sacus konjungtiva. Sementara jari tangan non dominan menarik kelopak mata kebawah.
(2) Teteskan sejumlah obat yang diresepkan kedalam sacus konjungtiva. Sacus konjungtiva normal menahan 1-2 tetes. Meneteskan obat tetes ke dalam sacus memberikan penyebaran obat yang merata di seluruh mata.
(3) Bila klien berkedip atau menutup mata atau bila tetesan jatuh ke pinggir luar kelopak mata, ulangi prosedur
(4) Setelah meneteskan obat tetes, minta klien untuk menutup mata dengan perlahan
(5) Berikan tekanan yang lembut pada duktus nasolakrimal klien selama 30-60 detik
j) Memasukkan salep mata :
(1) Pegang aplikator salep diatas pinggir kelopak mata, pencet tube sehingga memberikan aliran tipis sepanjang tepi dalam kelopak mata bawah pada konjungtiva.
(2) Minta klien untuk melihat kebawah
(1) Membuka kelopak mata atas
(2) Berikan aliran tipis sepanjang kelopak mata atas pada konjungtiva bagian dalam
(3) Biarkan klien memejamkan mata dan menggosok kelopak mata secara perlahan dengan gerakan sirkuler menggunakan bola kapas.
k) Bila terdapat kelebihan obat pada kelopak mata, dengan perlahan usap dari bagian dalam ke luar kantus
l) Bila klien mempunyai penutup mata, pasang penutup mata yang bersih diatas pada mata yang sakit sehingga seluruh mata terlindungi. Plester dengan aman tanpa memberikan penekanan pada mata.
m)Lepaskan sarung tangan, cuci tangan dan buang peralatan yang sudah dipakai
n) Catat obat, konsentrasi, jumlah tetesan, waktu pemberian dan mata (kiri, kanan atau kedua duanya) yang menerima obat.
c. Pemberian obat tetes telinga
1) Pengertian
Memberikan obat pada telinga melalui kanal eksternal, dalam bentuk cair.
2) Tujuan
a) Untuk memberikan effek terapi lokal (mengurangi peradangan, membunuh organisme penyebab infeksi pada kanal telinga eksternal)
b) Menghilangkan nyeri
c) Untuk melunakkan serumen agar mudah untuk diambil
3) Persiapan alat
a) Botol obat dengan penetes steril
a) Buku obat
b) Cotton bud
c) Normal salin
d) Sarung tangan
4) Prosedur kerja
a) Cek kembali pengobatan, waktu, jumlah dan dosis serta pada telinga bagian mana obat harus diberikan.
b) Siapkan klien
(1) Identifikasi klien dengan tepat dan tanyakan namanya
(2) Sediakan asisten bila diperlukan, untuk mencegah cidera pada bayi dan anak kecil
(3) Atur posisi klien miring kesamping (side lying) dengan telinga yang akan diobati pada bagian atas.
c) Bersihkan daun telinga dan lubang telinga
(1) Gunakan sarung tangan bila dicurigai ada infeksi
(2) Dengan menggunakan cotton bud yang dibasahi cairan, bersihkan daun telinga dan meatus auditory
d) Hangatkan obat dengan tangan anda atau rendam obat ke dalam air hangat dalam waktu yang singkat
e) Tarik daun telinga keatas dan kebelakang (untuk dewasa dan anak-anak diatas 3 tahun), tarik daun telinga kebawah dan kebelakang (bayi)
f) Masukkan sejumlah tetes obat yang tepat sepanjang sisi kanal telinga
g) Berikan penekanan yang lembut beberapa kali pada tragus telinga
h) Minta klien untuk tetap berada pada posisi miring selama 5 menit.
i) Kaji respon klien
Kaji pada karakter dan jumlah pengeluaran, adanya ketidaknyamanan dan lain sebagainya. Lakukan segera setelah obat dimasukkan dan ulangi pada saat efek obat telah bekerja.
j) Rapikan alat dan buang peralatan yang sudah tidak dipakai
k) Dokumentasikan semua tindakan
d. Pemberian obat tetes hidung
1) Pengertian
Memberikan obat tetes melalui hidung
2) Tujuan
a) Untuk mengencerkan sekresi dan memfasilitasi drainase dari hidung
b) Mengobati infeksi dari rongga hidung dan sinus
3) Persiapan alat
a) Botol obat dengan penetes steril
b) Buku obat
c) Sarung tangan
4) Prosedur kerja
a) Cek kembali pengobatan, waktu, jumlah dan dosis serta pada telinga bagian mana obat harus diberikan.
b) Siapkan klien
(1) Identifikasi klien dengan tepat dan tanyakan namanya
(2) Sediakan asisten bila diperlukan, untuk mencegah cidera pada bayi dan anak kecil
(3) Atur posisi klien berbaring supinasi dengankepala hiperekstensi diatas bantal (untuk pengobatan sinus ethmoid dan sphenoid) atau posisi supinasi dengan kepala hiperektensi dan miring kesamping (untuk pengobatan sinus maksilaris dan frontal)
c) Bersihkan lubang telinga
d) Gunakan sarung tangan bila dicurigai ada infeksi
e) Masukkan sejumlah tetes obat yang tepat pada bagian tengah konka superior tulang etmoidalis
f) Minta klien untuk tetap berada pada posisi ini selama 1 menit
g) Kaji respon klien
Kaji pada karakter dan jumlah pengeluaran, adanya ketidaknyamanan dan lain sebagainya. Lakukan segera setelah obat dimasukkan dan ulangi pada saat efek obat telah bekerja.
h) Rapikan alat dan buang peralatan yang sudah tidak dipakai
i) Dokumentasikan semua tindakan
e. Pemberian obat melalui vagina
1) Pengertian
Memberikan sejumlah obat ke dalam vagina
2) Tujuan
a) Untuk mengobati infeksi pada vagina
b) Untuk menghilangkan nyeri, rasa terbakar dan ketidaknyamanan pada vagina
c) Untuk mengurangi peradangan
3) Persiapan alat
a) Obat sesuai yang diperlukan (cream, jelly, foam, atau suppositoria
b) Aplikator untuk krim vagina
c) Pelumas untuk suppositoria
d) Sarung tangan
e) Pembalut
f) Handuk bersih
g) Korden/pembatas/sketsel
4) Prosedur kerja
a) Cek kembali order pengobatan, mengenai jenis pengobatan, waktu, jumlah dan dosis
b) Siapkan klien
(1) Identifikasikan klien dengan tepat dan tanyakan namanya
(2) Jaga privasi, dan mintalah klien untuk berkemih terlebih dahulu
(3) Atur posisi klien berbaring supinasi dengan kaki fleksi dan pinggul supinasi eksternal
(4) Tutup dengan selimut mandi dan ekspose hanya pada area perineal saja.
c) Pakai sarung tangan
d) Inspeksi orifisium vagina, catat adanya pengeluaran, bau atau rasa yang tidak nyaman
e) Lakukan tindakan perawatan perineum
f) Suppositoria
1) Buka bungkus alumunium foil supositoria dan oleskan sejumlah pelumas yang larut dalam air pada ujung supositoria yang bulat dan halus. Lumaskan jari telunjuk yang telah dipasang sarung tangan dari tangan dominan.
2) Dengan tangan non dominan yang sudah terpasang sarung tangan, regangkan lipatan labia
3) Masukkan suppositoria sekitar 8-10 cm sepanjang dinding vagina posterior.
4) Tarik jari tangan dan bersihkan pelumas yang tersisa sekitar orifisium dan labia
5) Mintalah klien untuk tetap berada pada posisi tersebut selama 5-10 menit setelah insersi.
6) Lepaskan sarung tangan dan buang ke tempat yang sesuai
7) Cuci tangan
8) Kaji respon klien
9) Dokumentasikan seluruh tindakan
g) Kream, vagina, jelly atau foam
1) Isi aplikator, ikuti petunjuk yang tertera pada kemasan
2) Regangkan lipatan labia secara perlahan dengan tangan non dominan yang memakai sarung tangan
3) Dengan tangan dominan yang telah memakai sarung tangan, masukkan aplikatot ke dalam vagina sekitar 5 cm. Dorong penarik aplikator untuk mengeluarkan obat hingga aplikator kosong.
4) Tarik aplikator dan letakkan diatas handuk. Bersihkan sisa kream pada labia dan orifisium vagina.
5) Buang aplikator atau bersihkan kembali sesuai dengan petunjuk penggunaan dari pabriknya.
6) Instruksikan klien untuk tetap berada pada posisi semula selama 5-10 menit
7) Lepaskan sarung tangan, buang ditempat semestinya
8) Cuci tangan
9) Kaji respon klien
10) Dokumentasikan semua tindakan

Referensi :

Bobak, K. Jensen, 2005, Perawatan Maternitas. Jakarta. EGC

Elly, Nurrachmah, 2001, Nutrisi dalam keperawatan, CV Sagung Seto, Jakarta.

Depkes RI. 2000. Keperawatan Dasar Ruangan Jakarta.

Engenderhealt. 2000. Infection Prevention, New York.

JHPIEGO, 2003. Panduan Pengajaran Asuhan Kebidanan, Buku 5 Asuhan Bayi Baru Lahir Jakarta. Pusdiknakes.

JNPK_KR.2004. Panduan Pencegahan Infeksi Untuk Fasilitas Pelayanan Kesehatan Dengan Sumber Daya Terbatas. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo.

Johnson, Ruth, Taylor. 2005. Buku Ajar Praktek Kebidanan. Jakarta. EGC.

Kozier, Barbara, 2000, Fundamental of Nursing : Concepts, Prosess and Practice : Sixth edition, Menlo Park, Calofornia.

Potter, 2000, Perry Guide to Basic Skill and Prosedur Dasar, Edisi III, Alih bahasa Ester Monica, Penerbit buku kedokteran EGC.

Samba, Suharyati, 2005. Buku Ajar Praktik Kebidanan. Jakarta. EGC

PEMBERIAN OBAT SUPOSITORIA MELALUI REKTAL

PEMBERIAN OBAT SUPPOSITORIA MELALUI RECTAL
1. Definisi
Pemberian obat suppositoria adalah cara memberikan obat dengan memasukkan obat melalui anus atau rektum dalam bentuk suppositoria.
2. Tujuan Pemberian
a. Untuk memperoleh efek obat lokal maupun sistemik
b. Untuk melunakkan feses sehingga mudah untuk dikeluarkan
3. Persiapan alat
a. Kartu obat
b. Supositoria rectal
c. Jeli pelumas
d. Sarung tangan
e. Tissue
4. Prosedur kerja
a. Cek kembali order pengobatan, mengenai jenis pengobatan, waktu, jumlah dan dosis
b. Siapkan klien
(1) Identifikasikan klien dengan tepat dan tanyakan namanya
(2) Jaga privasi, dan mintalah klien untuk berkemih terlebih dahulu
(3) Atur posisi klien berbaring supinasi dengan kaki fleksi dan pinggul supinasi eksternal
(4) Tutup dengan selimut mandi dan ekspose hanya pada area perineal saja.
c. Pakai sarung tangan
d. Buka supositoria dari kemasannya dan beri pelumas pada ujung bulatnya dengan jelly. Beri pelumas sarung tangan pada jari telunjuk dari tangan dominan anda.
e. Minta klien untuk menarik nafas dalam melalui mulut dan untuk merelakkan sfingter ani
f. Regangkan bokong klien dengan tangan non dominan, dengan jari telunjuk masukkan supositoria ke dalam anus, melalui sfingter ani dan mengenai dinding rectal 10 cm pada orang dewasa dan 5 cm pada bayi dan anak – anak
g. Tarik jari anda dan bersihkan area kanal klien
h. Anjurkan klien untuk tetap berbaring terlentang atau miring selama 5 menit
i. Bila supositoria mengandung laksatif atau pelunak feses, letakkan tombol pemanggil dalam jangkauan klien sehingga ia dapat mencari bantuan untuk mengambil pispot atau ke kamar mandi
j. Lepaskan sarung tangan, buang ditempat semestinya
k. Cuci tangan
l. Kaji respon klien
m. Dokumentasikan semua tindakan

PEMBERIAN OBAT SECARA PARENTERAL

PEMBERIAN OBAT SECARA PARENTERAL/INJEKSI
By Ns. Zahrah Maulidia Septimar, S.Kep


1. Definisi
Pemberian obat parenteral merupakan pemberian obat yang dilakukan dengan menyuntikkan obat tersebut ke jaringan tubuh atau pembuluh darah dengan menggunakan spuit.
2. Tujuan
a. Untuk mendapatkan reaksi yang lebih cepat dibandingkan dengan cara yang lain
b. Untuk memperoleh reaksi setempat (tes alergi)
c. Membantu menegakkan diagnosa (penyuntikan zat kontras)
d. Memberikan zat imunologi
3. Pemberian obat melalui parenteral dapat dilakukan dengan cara :
a. Intradermal (ID)/Intracutan (IC)
1) Pengertian
Injeksi intradermal adalah pemberian obat dengan cara memasukkan obat kedalam jaringan dermis di bawah epidermis kulit dengan menggunakan spuit.
2) Tujuan
a) Memasukkan sejumlah toksin atau obat yang disimpan dibawah kulit untuk diabsorbsi.
b) Metode untuk test diagnostic terhadap alergi atau adanya penyakit-penyakit tertentu
3) Tempat Injeksi
a) Lengan bawah bagian dalam
b) Dada bagian atas
c) Punggung di bawah skapula
4) Peralatan
a) Buku catatan pemberian obat atau kartu obat
b) Kapas alkohol
c) Sarung tangan
d) Obat yang sesuai
e) Spuit I ml
f) Pulpen/spidol
g) Bak spuit
h) Baki obat
i) Bengkok
5) Prosedur kerja
a) Cuci tangan
b) Siapkan obat dengan prinsip 6 benar
c) Identifikasi klien
d) Beritahu klien dan jelaskan prosedur yang akan diberikan
e) Atur klien pada posisi yang nyaman
f) Pakai sarung tangan
g) Pilih area penusukan yang bebas dari tanda kekakuan, peradangan, atau rasa gatal. Menghindari gangguan absorbsi obat atau cidera dan nyeri yang berlebihan.
h) Bersihkan area penusukan dengan menggunakan kapas alkohol, dengan gerakan sirkuler dari arah dalam keluar dengan diameter sekitar 5 cm. Tunggu sampai kering. Metode ini dilakukan untuk membuang sekresi dari kulit yang mengandung mikroorganisme.
i) Pegang kapas alkohol, dengan jari-jari tengah pada tangan non dominan.
j) Buka tutup jarum
k) Tempatkan ibu jari dengan tangan non dominan sekitar 2,5cm dibawah area penusukan, kemudian tarik kulit
l) Dengan ujung jarum menghadap keatas dan menggunakan tangan dominan, masukkan jarum tepat dibawah kulit dengan sudut 15
m) Masukkan obat perlahan-lahan, perhatikan adanya jendalan (jendalan harus terbentuk)
n) Cabut jarum dengan sudut yang sama seperti saat dimasukkan
o) Usap pelan-pelan area penyuntikan (jangan melakukan masage pada area penusukan).
p) Buat lingkaran dengan diameter 2,5 cm disekitar jendalan dengan menggunakan pupen. Intruksikan klien untuk tidak menggosok area tersebut
q) Observasi kulit adanya kemerahan atau bengkak. Jika tes alergi, observasi adanya reaksi sistemik (misalnya sulit bernafas, berkeringat dingin, pingsan, mual, muntah).
r) Kembalikan posisi klien
s) Buang peralatan yang sudah tidak diperlukan
t) Buka sarung tangan
u) Cuci tangan
v) Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan
w) Kaji kembali klien dan tempat injeksi setelah 5 menit, 15 menit dan selanjutnya secara periodik.
b. Intramuskular (IM)
1) Pengertian
Injeksi intramuskuler adalah pemberian obat dengan cara memasukkan obat kedalam jaringan otot dengan menggunakan spuit.
2) Tujuan
Memasukkan sejumlah obat pada jaringan otot untuk diabsorbsi.
3) Tempat Injeksi
a) Pada Daerah Lengan Atas (Deltoid)
b) Pada Daerah Dorsogluteal (Gluteus Maximus)
c) Pada Daerah Paha Bagian Luar (Vastus Lateralis)
d) Pada Daerah Paha Bagian Depan (Rectus Femoris)
4) Peralatan
a) Buku catatan atau pemberian obat
b) Kapas alkohol
c) Sarung tangan disposibel
d) Obat yang sesuai
e) Spuit 2-5 ml
f) Needle
g) Bak spuit
h) Baki obat
i) Plester
j) Kassa steril
k) Bengkok
5) Prosedur kerja
a) Cuci tangan
b) Siapkan obat sesuai dengan prinsip 6 benar
c) Identifikasi klien
d) Beritahu klien dan jelaskan prosedur yang akan diberikan
e) Atur klien pada posisi yang nyaman sesuai dengan kebutuhan Menghindari gangguan absorbsi obat atau cidera dan nyeri yang berlebihan
f) Pilih area penusukan yang bebas dari tanda kekakuan, peradangan atau rasa gatal
g) Pakai sarung tangan
h) Bersihkan area penusukan dengan menggunakan kapas alkohol dengan gerakan sirkuler dan arah keluar dengan diameter sekitar 5 cm. Tunggu sampai kering.
Metode ini dilakukan untuk membuang sekresi dari kulit yang mengandung mikroorganisme.
i) Pegang kapas alkohol dengan jari – jari tengah pada tangan non dominan
j) Buka tutup jarum
k) Tarik kulit ke bawah kurang lebih 2,5 cm dibawah area penusukan dengan tangan non dominan
l) Dengan cepat masukkan jarum dengan sudut 90 dengan tangan dominan, masukkan sampai pada jaringan otot
m) Lakukan aspirasi dengan tangan non dominan menahan barel dari spuit dan tangan dominan menarik plunger.
n) Observasi adanya darah pada spuit
o) Jika tidak ada darah masukkan obat perlahan-lahan
p) Jika ada darah :
(1) Tarik kembali jarum dari kulit
(2) Tekan tempat penusukan selama 2 menit
(3) Observasi adaya hematoma atau memar
(4) Jika perlu berikan plester
(5) Siapkan obat yang baru, mulai dengan langkah a, pilih area penusukan yang baru.
q) Cabut jarum perlahan-lahan dengan sudut yang sama seperti saat dimasukkan, sambil melakukan penekanan dengan menggunakan kapas alkohol pada area penusukan.
r) Jika terdapat perdarahan, maka tekan area tersebut dengan menggunakan kassa steril sampai darah berhenti.
s) Kembalikan posisi klien
t) Buang peralatan yang tidak diperlukan sesuai dengan tempatnya masing – masing
u) Buka sarung tangan
v) Cuci tangan
w) Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan.
c. Subcutaneous (SC)
1) Pengertian
Injeksi subcutaneous adalah pemberian obat dengan cara memasukkan obat kedalam jaringan subcutan dibawah kulit dengan menggunakan spuit.
2) Tujuan
Memasukkan sejumlah obat kedalam jaringan subcutan dibawah kulit untuk diabsorbsi.
3) Tempat injeksi
a) Lengan bagian atas luar
b) Paha depan
c) Daerah abdomen
d) Area scapula pada punggung bagian atas
e) Daerah ventrogluteal dan dorsogluteal bagian atas.
4) Peralatan
a) Buku catatan pemberian obat atau kartu obat
b) Kapas alkohol
c) Sarung tangan
d) Obat yang sesuai
e) Spuit 2 ml
f) Bak spuit
g) Baki obat
h) Plester
i) Kassa steril (bila perlu)
j) Bengkok
5) Prosedur kerja
a) Cuci tangan
b) Siapkan obat sesuai dengan prinsip 6 benar
c) Identifikasi klien
d) Beritahu klien dan jelaskan prosedur yang akan diberikan
e) Atur klien pada posisi yang nyaman sesuai dengan kebutuhan. Menghindari gangguan absorbsi obat atau cidera dan nyeri yang berlebihan
f) Pilih area penusukan yang bebas dari tanda kekakuan, peradangan atau rasa gatal. (area penusukan yang utama adalah pada lengan bagian atas dan paha anterior)
g) Pakai sarung tangan
h) Bersihkan area penusukan dengan menggunakan kapas alkohol dengan gerakan sirkuler dan arah keluar dengan diameter sekitar 5 cm. Tunggu sampai kering. Metode ini dilakukan untuk membuang sekresi dari kulit yang mengandung mikroorganisme.
i) Pegang kapas alkohol dengan jari – jari tengah pada tangan non dominan
j) Buka tutup jarum
k) Tarik kulit dan jaringan lemak dengan ibu jari dan jari tangan non dominan
l) Dengan ujung jarum menghadap ke atas dan menggunakan tangan dominan masukkan jarum dengan sudut 45 atau dengan menggunakan sudut 90 (untuk orang gemuk). Pada orang gemuk jaringan subcutannya lebih tebal
m) Lepaskan tarikan tangan non dominan
n) Tarik plunger dan observasi adanya darah pada spuit
o) Jika tidak ada darah masukkan obat perlahan-lahan
p) Jika ada darah :
(1) Tarik kembali jarum dari kulit
(2) Tekan tempat penusukan selama 2 menit
(3) Observasi adaya hematoma atau memar
(4) Jika perlu berikan plester
(5) Siapkan obat yang baru, mulai dengan langkah a, pilih area penusukan yang baru.
q) Cabut jarum perlahan-lahan dengan sudut yang sama seperti saat dimasukkan, sambil melakukan penekanan dengan menggunakan kapas alkohol pada area penusukan.
r) Jika terdapat perdarahan, maka tekan area tersebut dengan menggunakan kassa steril sampai darah berhenti.
s) Kembalikan posisi klien
t) Buang peralatan yang tidak diperlukan sesuai dengan tempatnya masing – masing
u) Buka sarung tangan dan cuci tangan
v) Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan.
d. Intravenous (IV)
1) Pengertian
Injeksi intravena adalah pemberian obat dengan cara memasukkan obat ke dalam pembuluh darah vena dengan menggunakan spuit.
2) Tujuan
a) Untuk memperoleh reaksi obat yang cepat diabsorbsi daripada dengan injeksi parenteral lain.
b) Untuk menghindari terjadinya kerusakan jaringan
c) Untuk memasukkan obat dalam jumlah yang lebih besar
3) Tempat injeksi
a) Pada lengan (vena basalika dan vena sefalika)
b) Pada tungkai (vena saphenous)
c) Pada leher (vena jugularis)
d) Pada kepala (vena frontalis atau vena temporalis)
4) Peralatan
a) Buku catatan pemberian obat atau kartu obat
b) Kapas alkohol
c) Sarung tangan
d) Obat yang sesuai
e) Spuit 2 ml – 5 ml
f) Bak spuit
g) Baki obat
h) Plester
i) Perlak pengalas
j) Pembendung vena (torniquet)
k) Kassa steril (bila perlu)
l) Bengkok
5) Prosedur kerja
a) Cuci tangan
b) Siapkan obat dengan prinsip 6 benar
c) Identifikasi klien
d) Beritahu klien dan jelaskan prosedur yang akan diberikan
e) Atur klien pada posisi yang nyaman
f) Pasang perlak pengalas
g) Bebaskan lengan klien dari baju atau kemeja
h) Letakkan pembendung cm
i) Pilih area penusukan yang bebas dari tanda kekakuan, peradangan, atau rasa gatal. Menghindari gangguan absorbsi obat atau cidera dan nyeri yang berlebihan.
j) Pakai sarung tangan
k) Bersihkan area penusukan dengan menggunakan kapas alkohol, dengan gerakan sirkuler dari arah dalam keluar dengan diameter sekitar 5 cm. Tunggu sampai kering. Metode ini dilakukan untuk membuang sekresi dari kulit yang mengandung mikroorganisme.
l) Pegang kapas alkohol, dengan jari-jari tengah pada tangan non dominan.
m) Buka tutup jarum
n) Tarik kulit kebawah kurang lebih 2,5 cm dibawah area penusukan dengan tangan non dominan. Membuat kulit menjadi lebih kencang dan vena tidak bergeser, memudahkan penusukan.
o) Pegang jarum pada posisi 30 sejajar vena yang akan ditusuk perlahan dan pasti
p) Rendahkan posisi jarum sejajar kulit dan teruskan jarum ke dalam vena
q) Lakukan aspirasi dengan tangan non dominan menahan barel dari spuit dan tangan dominan menarik plunger.
r) Observasi adanya darah pada spuit
s) Jika ada darah, lepaskan terniquet dan masukkan obat perlahan – lahan.
t) Keluarkan jarum dengan sudut yang sama seperti saat dimasukkan, sambil melakukan penekanan dengan menggunakan kapas alkohol pada area penusukan.
u) Tutup area penusukan dengan menggunakan kassa steril yang diberi betadin.
v) Kembalikan posisi klien
w) Buang peralatan yang sudah tidak diperlukan
x) Buka sarung tangan
y) Cuci tangan
z) Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan

Referensi :

Bobak, K. Jensen, 2005, Perawatan Maternitas. Jakarta. EGC

Elly, Nurrachmah, 2001, Nutrisi dalam keperawatan, CV Sagung Seto, Jakarta.

Depkes RI. 2000. Keperawatan Dasar Ruangan Jakarta.

Engenderhealt. 2000. Infection Prevention, New York.

JHPIEGO, 2003. Panduan Pengajaran Asuhan Kebidanan, Buku 5 Asuhan Bayi Baru Lahir Jakarta. Pusdiknakes.

JNPK_KR.2004. Panduan Pencegahan Infeksi Untuk Fasilitas Pelayanan Kesehatan Dengan Sumber Daya Terbatas. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo.

Johnson, Ruth, Taylor. 2005. Buku Ajar Praktek Kebidanan. Jakarta. EGC.

Kozier, Barbara, 2000, Fundamental of Nursing : Concepts, Prosess and Practice : Sixth edition, Menlo Park, Calofornia.

Potter, 2000, Perry Guide to Basic Skill and Prosedur Dasar, Edisi III, Alih bahasa Ester Monica, Penerbit buku kedokteran EGC.

Samba, Suharyati, 2005. Buku Ajar Praktik Kebi